"ADA APA DENGAN AMIEN RAIS DAN PKS?"
Dalam
hitungan hari 4 -10 Agustus kita dihadapkan pada Pendaftaran Calon Presiden dan
Calon Wakil Presiden untuk pemilu 2019.
Sepertinya pertarungan Pilpres 2014 akan terulang kembali. Yang berbeda hanya Partai pendukung koalisi
dan tokoh tokoh yang saling menyebrang diantara partai pengusung. Diantaranya partai Golkar yang semula berada
di kubu Prabowo, kini berada di kubu Jokowi, begitu juga beberapa tokoh seperti
Mahfud MD, Ngabalin, dll juga berada di kubu Jokowi. Namun tak kalah pentingnya, kubu Prabowo
mendapat dukungan tenaga baru, seperti munculnya Partai Bulan Bintang dengan
tokohnya Prof. Yusril Ihza Mahendra, Partai Demokrat dengan nama besar SBY
& AHY yang tidak bisa dianggap enteng.
Begitu juga masuknya Partai Berkarya yang membawa hampir semua Tokoh
sentral Golkar dibawah komando Tommy Suharto.
Belum lagi dukungan Ulama Ulama besar seperti Imam Besar Umat Islam
Habib Rizieq Shihab (HRS), Ustadz Abdu
Somad (UAS), Ustadz Bahtiar Basir, KH. Buya Yahya, KH, Arifin Ilham, dan masih
banyak lagi Ulama dan Tokoh tokoh Islam, Pimpinan Pondok Pesantren dari penjuru
tanah air, dan Tokoh tokoh Nasional lainnya.
Seharusnya
nafas baru ini, segera disikapi positif oleh Koalisi Prabowo yang dari awal
sudah bersama dengan PKS. Ditambah PAN
yang kembali lagi ke dalam koalisi walau sempat berpaling. Hal positif adalah adanya dukungan Partai
Politik, Tokoh Ulama dan Tokoh nasional yang tentunya mereka memiliki basis
yang real di akar rumput, jangan dianggap sebelah mata. Karena kehadiran mereka
pasti akan mendongkrak suara Prabowo di Pilpres 2019 nanti.
Keinginan
kuat para tokoh tokoh tersebut karena panggilan Tuhan, yang tidak ingin
negaranya semakin hancur ditangan orang zolim dan tidak amanah. Belum lagi munculnya penistaan terhadap agama dan tokoh Ulama diberbagai pelosok tanah air. Hingga puncaknya kita kenal dengan gerakan
bela Islam dan Bela Ulama pada Tahun 2016 dengan Gerakan 411
dan 212.
Munculnya
Tokoh tokoh Islam dan Para Ulama didalam kancah politik tidak berhenti didalam
gerakan 411 & 212 saja. Namun berlanjut sampai pada Pilkada DKI 2017, dan
Pilkada serentak diberbagai daerah tahun 2018 beberapa waktu lalu.
Peningkatan kesadaran umat Islam untuk terlibat dalam politik, seakan
menambah tenaga baru dalam pergolakan politik tanah air, tentu yang diuntungkan
adalah kelompok Prabowo cs. Sehingga
muncul istilah Koalisi dua kubu menjadi Koalisi Partai Pendukung Penista Agama
dan Koalisi Partai Pembela Agama.
Imam
Besar umat Islam HRS member pesan kepada seluruh tokoh Partai Politik koalisi,
untuk mendukung Prabowo menjadi Presiden dan segera bersatu mencarikan Wakil
yang layak mendapinginya. Sehingga
bermunculan beberapa nama nama yang tak asing kita dengar. Misalnya PKS mengajukan Sembilan nama untuk
dicalonkan menjadi wakil Presiden diantaranya Aher, Anis Matta, Salim Segaf,
Sohibul Iman, Hidayat Nur Wahid, Irwan Prayitno, Tifatul Sembiring,
Muzzamil Yusuf, dan Mardani Ali Sera.
PAN mengajukan nama Zulkifli Hasan, sedangkan PBB mencalonkan Prof.
Yusril Ihza Mahendra. Demokrat juga tak
ketinggalan mengusulkan nama AHY (Agus Harimukti Hudhoyono). Sementara Partai Berkarya tidak mencalonkan
siapapun, karena sebagai Partai yang baru muncul, tentunya mereka mempercayakan
sepenuhnya kepada Partai koalisi mana yang terbaik.
Awalnya Partai Koalisi Umat ini
terlihat sangat kompak, walau sesekali
terjadi miss di lapangan. Karena antara
satu yang lain saling klaim dan meyakini bahwa diantara mereka pasti akan
sepakat bila menyangkut untuk kebaikan bangsa dan Negara. Sehingga partai seperti PBB dan Berkarya
sering kali tidak dilibatkan dibeberapa pertemuan petinggi partai. Contoh ketika Gerindra, PKS, dan PAN
mendirikan Kantor Sekretariat Bersama (Sekber) beberapa waktu lalu. Deklarasi mencantumkan PBB sedangkan Ketua
Umumnya tidak diberi konfirmasi, sehingga terjadi miss walau sesaat. Tentu hal ini tidak bo0leh terulang lagi
dikemudian hari. Karena skecil apapun
pertemuan itu, layaknya partai koalisi harus dilibatkan.
Persoalan yang akan dibahas
didalam tulisan ini, bukan tentang koalisi partai Keumatan yang akan mendukung
Prabowo. Tetapi akan membahas tentang
mengapa Amien Rais dan PKS tidak sungguh sungguh merangkul Ketum PBB Prof.
Yusril Ihza Mahendra yang biasa disingkat YIM didalam koalisi dengan Partai Islamnya?
Padahal tujuan utama koalisi ini
selain untuk memenangkan Pilpres 2019, tentu demi menyelamatkan bangsa dan
Negara republik Indonesia yang sudah mulai terprosok kedalam jurang kehancuran.
Indikasi ketidak ihklasan Amien rais dan
PKS terhadap kehadiran YIM terlihat ketika munculnya Ijtima Ulama pada tanggal
30 Juli 2018 lalu. Dimana hasil Ijtima
Ulama sudah langsung memunculkan
pasangan Prabowo – Salim Segaf & Prabowo – Ustadz Abdu Somat (UAS). Padahal berdasarkan informasi yang kami
dapatkan ketika rapat berlangsung. Nama
YIM selalu muncul baik didalam ketika akan memilih Presiden dan Wakil
Presiden. Ketika pemilihan Presiden
muncul dua nama Prabowo dan YIM, yang akhirnya disepakati nama Prabowo yang
memang dari awal sudah menjadi rekomendasi Imam Besar HRS. Namun sangat disayangkan, mengapa ketika
pembahasan pemilihan Wakil Presiden nama YIM yang diunggulkan tiba tiba hilang
lenyap.
Yang lebih mengherankan dengan memunculkan nama UAS yang belum pernah dibicarakan sebelumnya, bahkan belum pernah dikonfirmasi kepada ybs. Tentu akan menimbulkan tanda Tanya besar keputusan Ijtima Ulama tersebut. Padahal dalam beberapa Rekomendasi Ulama yang selama ini pernah dilakukan. Ulama tidak pernah langsung memutuskan pasangan, kecuali memberikan rekomendasi nama nama yang layak untuk dipilih oleh partai koalisi umat. Dan seharusnya yang memang begitu, karena akan menjadi tarik menarik dengan keputusan partai koalisi.
Nah bagaiaman, kalau partai koalisi memilih pasangan yang berbeda? Tentu ini akan membawa preseden buruk bagi koalisi partai keumatan tersebut, inilah yang sangat kami sayangkan. Mengapa Ijtima Ulama terburu buru dalam memberikan rekomendasi pasangan Capres dan cawapres.
Kami sangat menyayangkan adanya indikasi gerakan gerakan PKS dan Amien Rais didalam melakukan maneuver di Ijtima Ulama ini. Terlihat jelas, bagaimana setelah ini, PKS berusaha meyakinkan Umat dan Partai Koalisi agar menghormati keputusan Ijtima Ulama. Begitu juga PAN melakukan mobilisasi dukungan untuk Deklarasi UAS sebagai cawapresnya Prabowo. Sementara umat dibuat bingung mengapa partai koalisi umat tidak bersatu?
Bahkan kabarnya Prabowo sendiri bingung dengan kondisi seperti ini. Sampai sampai ada statement mengancam dari Sekjen PKS Mustafa Kamal mengatakan, pihaknya tidak akan memunculkan nama lain kecual dua nama hasil rekomendasi ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) itu atau PKS akan abstain di Pilpres 2019.
Yang lebih mengherankan dengan memunculkan nama UAS yang belum pernah dibicarakan sebelumnya, bahkan belum pernah dikonfirmasi kepada ybs. Tentu akan menimbulkan tanda Tanya besar keputusan Ijtima Ulama tersebut. Padahal dalam beberapa Rekomendasi Ulama yang selama ini pernah dilakukan. Ulama tidak pernah langsung memutuskan pasangan, kecuali memberikan rekomendasi nama nama yang layak untuk dipilih oleh partai koalisi umat. Dan seharusnya yang memang begitu, karena akan menjadi tarik menarik dengan keputusan partai koalisi.
Nah bagaiaman, kalau partai koalisi memilih pasangan yang berbeda? Tentu ini akan membawa preseden buruk bagi koalisi partai keumatan tersebut, inilah yang sangat kami sayangkan. Mengapa Ijtima Ulama terburu buru dalam memberikan rekomendasi pasangan Capres dan cawapres.
Kami sangat menyayangkan adanya indikasi gerakan gerakan PKS dan Amien Rais didalam melakukan maneuver di Ijtima Ulama ini. Terlihat jelas, bagaimana setelah ini, PKS berusaha meyakinkan Umat dan Partai Koalisi agar menghormati keputusan Ijtima Ulama. Begitu juga PAN melakukan mobilisasi dukungan untuk Deklarasi UAS sebagai cawapresnya Prabowo. Sementara umat dibuat bingung mengapa partai koalisi umat tidak bersatu?
Bahkan kabarnya Prabowo sendiri bingung dengan kondisi seperti ini. Sampai sampai ada statement mengancam dari Sekjen PKS Mustafa Kamal mengatakan, pihaknya tidak akan memunculkan nama lain kecual dua nama hasil rekomendasi ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) itu atau PKS akan abstain di Pilpres 2019.
UAS & Salim Asegaf usulan Ihtima Ulama 30 Juli 2018 |
PAN melalu salah satu kadernya Eggy Sudjana mendeklarasikan jika UAS mendampingi Prabowo, ia berkeyaninan akan mendapatkan kemenangan dengan sangat mudah, yakni berada di 88,89%. Entah dari mana hitungannya, sungguh ini diluar logika awam kita. Namun kita hormati bila itu keputusan partainya, namun janganlah memaksakan kehendak, apalagi sampai mengatakan partai yang menolak UAS dikatakan partai munafik.
Saya
mengikuti perjalanan Partai partai Islam sejak Reformasi 1999 sampai dengan hari
ini. Dari 85,1 persen masyarakat muslim Indonesia belum ada 1 partai
Islampun yang meraih suara terbanyak selama ini. Karena partai partai Islam tidak bersatu
bahkan saling menjegal satu dengan yang lainnya hanya demi mengejar kekuasaan
dan jabatan. Inilah beberapa data hasil pemilu sejak 1999 sampai dengan 2014 lalu.
Data statistik pemilu sejak 1999
NO
|
NAMA PARTAI
|
SUARA
|
%
|
1
|
PDIP
|
35.689.073
|
33,12%
|
2
|
GOLKAR
|
23.741.749
|
25,79%
|
3
|
PPP
|
11.329.905
|
12,55%
|
4
|
PKB
|
13.336.982
|
11,03%
|
5
|
PAN
|
7.528.956
|
7,36%
|
6
|
PBB
|
2.049.708
|
2,81%
|
7
|
PARTAI KEADILAN
|
1.436.565
|
1,51%
|
HASIL PEMILU TAHUN 2004
NO
|
NAMA
PARTAI
|
SUARA
|
%
|
1
|
GOLKAR
|
24.480.757
|
21,58%
|
2
|
PDIP
|
21.026.629
|
18,53%
|
3
|
PKB
|
11.989.564
|
10,57%
|
4
|
PPP
|
9.248.764
|
9,1%
|
5
|
PKS
|
8.325.020
|
7,34%
|
6
|
PAN
|
7.303.324
|
6,44%
|
7
|
DEMOKRAT
|
8.455.225
|
7,45%
|
8
|
PBB
|
2.970.487
|
2,62%
|
HASIL PEMILU 2009
NO
|
NAMA
PARTAI
|
SUARA
|
%
|
1
|
DEMOKRAT
|
21.703.137
|
20,85
|
2
|
GOLKAR
|
15.037.757
|
14,45
|
3
|
PDIP
|
14.600.091
|
14,03
|
4
|
PKS
|
8.206.955
|
7,88
|
5
|
PAN
|
6.254.580.
|
6,01
|
6
|
PPP
|
5.533.214.
|
5,32
|
7
|
PKB
|
5.146.122
|
4,94
|
HASIL PEMILU 2014
NO
|
NAMA
PARTAI
|
SUARA
|
%
|
1
|
PDIP
|
23.681.471
|
18,95%
|
2
|
GOLKAR
|
18.432.312
|
14,75%
|
3
|
GERINDRA
|
14.760.371
|
11,81%
|
4
|
DEMOKRAT
|
12.728.913
|
10,19%
|
5
|
PAN
|
9.481.621
|
7,59%
|
6
|
PKS
|
8.480.204
|
6,79%
|
7
|
PKB
|
11.298.957
|
9,04%
|
8
|
PPP
|
8.157.488
|
6,53%
|
9
|
NASDEM
|
8.402.812
|
6,72%
|
10
|
HANURA
|
6.579.498
|
5,26%
|
Melihat
data hasil Pemilu tahun 2014, seharusnya PAN
melalui Amien Rais dan PKS menyadari betul bahwa harus ada Partai Islam
yang didorong untuk muncul menampung sebagian besar Pemilih umat Islam yang
sebelumnya berada di Partai Pendukung Penista Agama. Seperti PKB, PPP ditambah lagi dengan Partai
Hanura, Nasdem dan Demokrat yang kecewa dengan kebijakan Partainya akhir akhir
ini.
PAN
dan PKS tidak bisa berharap banyak dengan limpahan suara dari partai partai
tersebut. Karena PAN dari awal mengikuti
Pemilu sudah tersegmen dengan Pemilih dari kelompok Muhammadiyah. Sehingga PAN selalu bertahan dipemilih panatik. Disamping itu PKS pun juga tidak
bisa berharap dapat limpahan pemilih dari umat Islam kecuali sedikit. Dikarenakan PKS merupakan Partai tertutup dan
dokrinisasi, sehingga pemilih Muslim sulit untuk bisa langsung menjatuhkan pilhan
ke PKS.
Bila
Partai Koalisi Umat tidak cepat cepat menyadarinya dan berusaha mendorong
Partai Islam yang satu Koalisi. Bisa
dipastikan Pemilih Islam akan tetap berada didalam gerbong sebelumnya, atau kemungkin
golput. Karena kecil kemungkinan
berharap banyak umat Islam untuk memilik Partai Nasionalis seperti Gerindra
atau berkarya.
Dan kita juga tidak bisa berharap untuk pemilih PDI atau Golkar akan berpaling ke dalam Partai Islam Koalisi Pendukung Ulama, kecuali akan masuk ke dalam Gerindra atau Berkarya.
Dan kita juga tidak bisa berharap untuk pemilih PDI atau Golkar akan berpaling ke dalam Partai Islam Koalisi Pendukung Ulama, kecuali akan masuk ke dalam Gerindra atau Berkarya.
Disini
dapat saya tampilkan jumlah suara umat Islam yang dapat diharapkan berpaling dari Partai
pendukung Penista agama :
NO
|
NAMA
PARTAI
|
SUARA
|
%
|
1
|
PKB
|
11.298.957
|
9,04%
|
2
|
PPP
|
8.157.488
|
6,53%
|
3
|
NASDEM
|
8.402.812
|
6,72%
|
4
|
HANURA
|
6.579.498
|
5,26%
|
TOTAL
|
34.438.755
|
27,55%
|
PARTAI BULAN BINTANG (PBB) |
Artinya
ada jumlah lebih kurang 34.438.755 atau sekitar 27,55 % menjadi suara yang
diharapkan berpaling dari Partai partai pendukung Penista Agama. Lalu mengapa Amien Rais & PKS menolak
kehadiran Partai Bulan Bintang (PBB) dengan tokohnya Prof. Yusril Ihza
Mahendra?
Waktu
kita tidak banyak lagi, segeralah berkumpul dan menentukan sikap. Jangan biarkan polemik dan perselisihan umat
Islam terus berkembang sampai akhirnya kita menyesal tak dapat mempersatukan
mereka kembali. Kehadiran PBB adalah sebuah
solusi untuk menentramkan keberadaan umat Islam untuk tetap berada di dalam
Partai partai Pendukung Ulama. Tak salah
bila muncul dari beberapa kader Partai PBB dengan takelinenya PBB adalah Rumah
Perjuangan Umat Islam.
Sekali
lagi, saya sampaikan bahwa, PAN dan PKS tidak akan mendulang suara signifikan
di Pemilu 2019 karena segmen partai sudah sangat jelas dan terukur. Sehingga satu satunya jalan adalah
memunculkan, atau mendorong Partai islam lainya yang satu gerbong di dalam
koalisi untuk tampil.
Semikian
ulasan pirbadi saya, tanpa bermaksud mengguri atau mengajari para senior senior
yang lebih dahulu berada di dalam partai.
Terkadang pemikiran kecil ini luput dari pengamatan dan pandangan para
Politikus senior, karena tertutupi ambisi dan gambling (coba
keberuntungan).
Demikian
tulisan ini saya sampaikan, semoga dapat menjadi bahan untuk dilakukannya Islah
dan muzakharoh bersama para Ketua Umum Partai Umat, Gerindra, PKS, PAN,
Demokrat, PBB dan Berkarya. Keputusan
hari ini, akan membawa dampak untuk Indonesia kedepan, carilah yang
terbaik. Karena satu satunya solusi
adalah singkirkan kepentingan pribadi, kelompok dan dahulukan kepentingan
bangsa dan Negara diatas segalanya, terima kasih.
Salam
hormat, anak bangsa yang mencoba berbagi pemikiran. Mugi mugi bermanfaat
adanya. Wassalam
Jakarta, 5 Agustus 2018
Jakarta, 5 Agustus 2018
Burhan
Saidi
Komentar
Posting Komentar